Selasa, 24 September 2013

Dinda dan Zahra

Bukan hidup jika tidak menerima cobaan , juga bukan hidup jika semuanya baik dan tidak ada masalah. Sungguh, bukanlah kehidupan jika tidak ada tantangan. Inilah sepatah kalimat yang Dinda pegang jika sebuah kepedihan akan cobaan datang menghampirinya..

Semenjak kelulusan SMA Dinda benar2 mengakhiri masa buruknya. Rambut yang biasa diikat dengan pita pink itu kini telah diganti dengan kerudung yang setiap hari menemaninya. Sekarang, rasanya kerudung telah menjadi bagian dari diri Dinda..

"Tidak peduli aklakku belum baik aku harus berhijab, tidak peduli perilaku buruk aku harus tetap shalat, tidak peduli diri masih banyak menyimpang aku tetap membaca Al-Qur,an. Karena di bumi Allah swt ini tidak ada manusia yang terbaik dan sempurna , yang ada hanya mencoba menjadi yang terbaik" . Itulah Prinsip Hidup Dinda.

Begitupun dengan kisahnya sekarang.....

Mbak Zahra dan Ilham adalah sahabat baik Dinda di Perkuliahan. Mereka selalu bersama .. Antara Dinda, Ilham dan Zahra.  Mungkin orang akan berfikir akan ada cinta segitiga di antara mereka. Ternyata takdir Allah swt berbeda. Cinta segitiga tidak ada di persahabatan mereka. Alhamdulilah sampai detik ini mereka adalah sahabat yang saling membantu suka maupun duka.

Entah apa namanya yg kemudian terjadi apakah ujian atau takdir.
"Subhanaulah Din, kamu ini cantik sekali. luar dalam , beruntung sekali dia yang akan menjadi calonmu nanti" kata mbak Zahra setelah beberapa menit mereka terdiam.

"Subhanaulah... mbak lebih cantik dari pada Dinda.  Harusnya dia yang mbak maksud bukan untukku.hehe" Dinda berkata dengan hati yang paling dalam. .. Entah kenapa jika mbak Zahra mengarahkan pembicaraan, pada sesosok manusia yang menjadi bagian dalam kehidupan Dinda sekarang, dan masa lalu bagi mbak Zahra matanya mulai berkaca2..

"Selalu seperti itu..." mbak Zahra mulai jengkel..

"Jika aku serahkan semua padamu" kata Dinda serius....

"Ah dia untuk mu " balas mbak Zahra....

Dinda diam seribu bahasa. apa2 an ini sahabat yang selalu bersama menceritakan pemuda yang sama. ini sangat berdampak buruk bagi persahabatan. Oh Tuhan kadang aku membenci semua ini, .. oh tidak dia belum milikku, dia masih milik Allah. cinta bisa saja tumbuh tapi Allahlah penentu takdir.

"Bisakah kita berhenti tersenyum di bawah segala penat.. Aku tahu ini menyakitkan untukku dan untukmu mbak ku. Bisa saja aku menangis melalui mataku ini tapi aku tahu menangis di dalam hati lebih menyakitkan.. Jangan menyembunyikan itu dariku. Aku perempuan tahu bagaimana rasanya." ingin Dinda teriakkan semua itu. tapi terlalu naif untuknya.

(***)

Seharusnya tidak ada yang salah kemana cinta itu mengalir.. Bukankah ini anugrah. Anugrah yang indah tapi mengandung sejuta dilemah bagi Dinda. Tentu sebuah hadiah yang terkira ketika Allah memperkenalkan sosok berwibawa, bijak, dan apa adanya itu kepada Dinda. Seorang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam berdakwah. Ya Rabb terimah kasih.

Dinda juga tidak bisa menolak ketika bunga-bunga nya hadir. Perna dia berhenti untuk tidak memikirkannya, menghapus nomor hp kak Furqan dan menyalinnya lagi di diary, tapi sungguh sulit.. mungkin perlu waktu berbulan-bulan jika hendak dilakukan secara sungguh2. Apalah daya hasrat hati mengatakan tidak bisa menolak ..

Padahal dalam islam, cinta itu harus dijahui agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Oh salah kah jika Dinda hanya ingin menerima dakwah yang setiap hari dia dapatkan. Tapi terlepas dari hal2 itu kadang perasaan yang tidak seharusnya di umbar sering kali terucap, walau tidak ada statuz yang menamakan pacaran. Entah syetan apa yang menghasut mereka sehingga perasaan yg seharusnya disimpan rapat2 kadang menjadi bahan pembicaraan.  ya Rabb maafkan hamba telah membawah laki2 sebaik itu ke dalam dosa..
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”. (Al Isra’ [17] : 32).

Jika tujuannya seperti ini saja terlarang bagaimana jika tidak dengan tujuan yang demikian semisal hanya ingin berbagi rasa duka dan bahagia ??!! Tentulah hukumnya lebih layak untuk dikatakan haram.